Jumat, 18 Februari 2011

Masihkah Ada AmpunanMU

Dalam gelap kucari cahayaMU
penuntun jalan menuju iman
dalam kesendirian kumenyesal
adatanya dalam batinku
masihkah ada ampunanMU


Jalan yang kinikutempuh
penuh dosa dan hina
hancurkan hakikat batin nan murni 

jauhkan diri dariMU
telah tuli jiwaini
tak lagi mendengar seruan batin
tak lagi hiraukan nurani
sampai pada sesalku
dan kembali batin ini bertanya
 

masih adakah ampunanMU ?

Engkaulah Sang Kholik
pemilik jiwa ini
terimalah sesal hambaMU ini

Doa


Kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

CahayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Kemalangan Hidup

Bagaikan Hujan Yang Turun Di Bumi Pertiwi.......
Seperti Itulah Kemiskinan Yang Melanda Negriku.......
Tempat Tinggal yang tak pernah di impikan oleh siapapun........
 

Dan, lingkungan sekitar yang bagaikan tempat sampah............
Ibaratkan kita mencuci dengan oli, seperti itulah kebersihannya..........

Haruslah banting tulang hanya demi sesuap nasi….......
 

Banyak yang menderita, karena kesehatan yang memprihatinkan..
Pendidikan yang sangat tidak layak….
Membuat pesimis sebagian orang…
 

Para petinggi hanya dapat melihat tanpa berbuat…
Membuat yang melihat, teriris hatinya,..

Tapi, mengapa pemerintah hanya bicara..??
Tanpa kita tahu apa yang dilakukannya..
Hingga saat ini, bumi pertiwi masih bersedih...........

Kan Kuhapus Resahmu


Aku bukanlah seorang peri cinta
yang bisa membuat kau jatuh cinta padaku
dan bukan juga tukang sihir
yang mempu menyihirmu agar kau selalu jatuh cinta padaku……

Tapi aku hanya orang yang mencintaimu
orang yang ingin masuk dalam hidupmu
agar resahmu slama ini bisa ku musnahkan
dari hati seseorang yang ku cintai yaitu kau……..

Izikan aku merangkai hiasan dihatimu
agar hatimu penuh dengan keindahan dan kebahagiaan
izikan aku menjadi tinta yang penuh dengan warna
agar aku bisa mewarnai hatimu dengan penuh warna………


PERJUANGAN HIDUP

Disini aku berdiri…
menapaki tanah yang samasekali tidak kupahami
hirukpikuk n kemilau hidup kota
tak mbwtku bergeming.


Orang-orang…
menertawakanku
menganggap aq pungguk yg merindukan bulan…..
atas smua asa dan cita citaku……
tatapan sinis yg menusuk ulu hati
olok olok yg menyyat hati
hampir meruntuhkn pertahananku…..

Namun…..
aku harus tegar!
aku tak boleh lemah…..
aku kan tetap berjuang tuk hidupku
untuk orang-orang yg kucintai
meski sungai-sungai kecil mengalir pilu…….
meski kaki terasa tersandung…….
aku kan selalu brusaha untuk menggapai cita citaku

aku harus bisa!!!!!

“Sebuah Sore yang mengingatkanku pada semua hal tentang Ibu.. Desember 2001″

Di sore itu..
sebuah nama yg tertinggal dalam hati seorang perempuan
hanya satu kata…
namun itu yg membuatnya bertahan menjalani hidup
membuatnya semangat melalui semua hal yg menghantam jalan hidupnya…


Di sore itu..
satu baris kalimat terdengar lembut d telinga seorang perempuan
barisan kata-kata yg membutnya meneteskan air mata

Di sore itu..
sebuah raga memeluk hangat dan erat seorang perempuan
raga yang tak penah bisa jauh darinya
raga yang setiap saat
menemaninya
menyayanginya
mencintainya dengan tulus

Di sore itu…
mata tajam seorang perempuan menyaksiakan sebuah raga yang terus menjauh darinya
suatu hal yang menyadarkan dirinya
bahwa hidup tak slalu manis
ada saat-saat yang tak pernah bisa dibayangkan harus terjadi tiba-tiba…
Satu kalimat yang terangkai dari mulutku…”aku sayang padamu ibu…”
Dan sore ini…
seorang perempuan menatap sebuah wajah yang terpasang di atas meja belajarnya dan berkata lirih.. “aku rindu padamu ibu…”
Jalanku Pekat,Engkau Maha Pemaaf

Di teras rumah Mu aku terkapar, 
malam telah begitu liar
bercawan pengingkaran baru saja usai aku sesap,

tandas hingga tuntas
atas nama kemarahan, suara-suara penyeru Mu aku redam
Engkau maha mengerti,

siapa kawanku tadi.

Tuhan,........
dimanapun Engkau bersemayam
aku ingin pulang...

Tak kenal jalan,
maka disini aku terbuang....
di lubang hitam, 

tempat setan membuat sarang...
aku sungguh ingin pulang...
(kepada tenang masa silam, aku ingin pulang)
 

Engkau maha mengerti,
dimana tempatku nanti...
Mimpi telah membohongiku
bergelas kebodohan,

baru saja aku pecahkan...
atas nama penyesalan, 

kembalì Engkau aku kenang...

Di masjid Mu aku mengadu, 
melucuti segala tipu...
ingat setapak,

menuju tempat dimana semestinya jiwa berpijak...
Engkau maha mengerti, 

betapa aku ingin kembali...

Tuhanku.......
Tuhan penguasa malam......
dengan jubah koyak berdebu, Aku menghampiri Mu
kembali, 

sebelum detak nadi berhenti...
Engkau maha pemaaf, 

meski aku berulang khilaf...